Pemain futsal putri Sumut vs Papua Barat terlibat adu mulut. (Foto: Istimewa)
Sinar Medan.id | Medan
"Puncaknya, kedua tim terlibat saling dorong. Bahkan sempat terjadi baku pukul antar official, hinggamembuat wasit menjadi korban. Pelipis wasit berdarah, dan harus dievakuasi ke luar lapangan," dikutip keterangan resmi PON XXI, Minggu (8/9/2024).
Namun begitu, pertandingan akhirnya bisa dilanjutkan setelah pelatih Sumut dan Papua Barat sepakat untuk meredam emosi pemain masing-masing.
Dari hasil pertandingan tersebut, Papua Barat berhasil mengalahkan Sumut dengan skor 6-2 sekaligus memastikan membawa pulang medali perunggu.
Papua Barat, mengambil inisiatif ofensif sejak peluit kick off ditiup wasit. Mereka langsung mengurung pertahanan Sumut dan melancarkan gempuran terutama dari kedua sisi flank.
Alhasil, laga baru berjalan satu menit gawang Sumut sudah kebobolan. Tendangan keras Maria Theresia, gagal diantisipasi kiper Sumut.
Tersentak oleh gol cepat ini, Sumut berupaya membalas. Menit keempat, Sumut mendapatkan satu peluang emas ketika Adelia lepas dari pengawalan dan sudah berhadapan one on one dengan kiper Papua Barat. Namun sayang, eksekusinya belum berbuah gol.
Sumut terus menyerang, tapi tidak pernah berhasil membongkar pertahanan Papua Barat yang rapat. Sebaliknya, Papua yang bermain taktis, cepat dengan umpan yang presisi dan transisi pemain antar lini yang mulus, mampu memporak-porandakan lini belakang Sumut.
Empat gol tambahan Papua tercipta, sedangkan Sumut hanya mampu melesakkan satu gol lewat Jefri Sisri Simarmata.
Lahirnya gol ini, sedikit mengubah atmosfer laga. Sumut mulai keluar dari tekanan dan mengendalikan ritme. Beberapa peluang diperoleh tapi sayangnya, lagi-lagi, gagal dikonversi menjadi gol.
"Kok gak dari tadi mainnya kayak gini, sudah sempat kebobolan 5 gol baru agresif," celetuk penonton perempuan dengan nada bicara kesal.
Harapan ini, ternyata tidak menjadi kenyataan. Sumut memang berupaya meningkatkan tempo permainan, pemain menggempur habis-habisan pertahanan Papua. Namun hal ini, membuat emosi ikut pula terjelit dan para pemain mulai terlibat dalam benturan-benturan.
Ironisnya, dalam momentum krusial begitu, wasit kurang menunjukkan kebijakan dalam memimpin pertandingan. Ia bahkan banyak mengambil keputusan keliru, yang makin membuat amarah pemain meluap-luap.
Pada menit ketujuh paruh kedua, ketegangan pecah jadi kerusuhan. Para pemain saling dorong, pelatih serta ofisial Sumut dan Papua masuk lapangan untuk melerai pertikaian.
Namun tensi yang kian tinggi, ditambah keputusan-keputusan wasit yang juga makin "aneh", justru membuat pertikaian merembet ke luar lapangan.
Official Sumut dan Papua Barat, terlibat adu argumen yang meletup jadi adu jotos. Di lapangan, pemain saling dorong lagi.
Dalam situasi chaos, wasit tiba-tiba berlari ke pinggir lapangan sembari memegang pelipisnya yang berdarah. Pengawas pertandingan dan petugas keamanan, langsung melakukan evakuasi. Sejauh ini, belum diperoleh informasi bagaimana wasit bisa mengalami cedera.
Kegaduhan membuat laga berhenti selama kurang lebih 30 Menit. Laga kemudian diteruskan, dipimpin wasit pengganti dan berjalan lebih baik dari sebelumnya. Pelanggaran-pelanggaran yang terjadi, langsung dikenai sanksi tegas.
Pemain Papua Barat, Linda Oktavia Jaisona mendapat kartu merah setelah melakukan pemukulan terhadap pemain Sumut Ni Kadek Vidieya Wijayanti.
Kedua tim masing-masing, menciptakan satu gol di babak ini. Sumut berupaya mengejar ketertinggalan, tapi margin skor memang terlalu jauh dan laga berakhir 6-2.
Pelatih Sayan Karmadi menilai, kepemimpinan wasit berat sebelah atau tidak, harus dipandang dari sisi-sisi yang berbeda.
"Tergantung perspektifnya dari mana, kalau saya melihat masih tidak bisa dibilang buruk, meski memang tidak terlalu baik. Mengenai benturan-benturan antar pemain di lapangan, saya kira juga normal, ya. Ini kan pertandingan perebutan medali, jadi wajar kalau tensinya tinggi, di samping ada faktor kelelahan pemain juga," ucapnya.
Pelatih Sumut, Bantuan Mandai kecewa berat dengan kepemimpinan wasit yang menurutnya sangat berpengaruh pada performa pasukannya.
"Kami tidak minta dibela, kami hanya kecewa dengan wasit sehingga banyak merugikan kami. Begitu pun, kami mengucapkan selamat buat Papua Barat atas kemenangan ini," katanya.
(SM - Redaksi/Det)
Sinar Medan.id | Medan
Perebutan medali perunggu cabor Futsal putri antara Sumut vs Papua Barat sempat berlangsung panas. Hal tersebut, lantaran keputusan wasit yang dinilai aneh dan memancing emosi penonton.
"Puncaknya, kedua tim terlibat saling dorong. Bahkan sempat terjadi baku pukul antar official, hinggamembuat wasit menjadi korban. Pelipis wasit berdarah, dan harus dievakuasi ke luar lapangan," dikutip keterangan resmi PON XXI, Minggu (8/9/2024).
Namun begitu, pertandingan akhirnya bisa dilanjutkan setelah pelatih Sumut dan Papua Barat sepakat untuk meredam emosi pemain masing-masing.
Dari hasil pertandingan tersebut, Papua Barat berhasil mengalahkan Sumut dengan skor 6-2 sekaligus memastikan membawa pulang medali perunggu.
Papua Barat, mengambil inisiatif ofensif sejak peluit kick off ditiup wasit. Mereka langsung mengurung pertahanan Sumut dan melancarkan gempuran terutama dari kedua sisi flank.
Alhasil, laga baru berjalan satu menit gawang Sumut sudah kebobolan. Tendangan keras Maria Theresia, gagal diantisipasi kiper Sumut.
Tersentak oleh gol cepat ini, Sumut berupaya membalas. Menit keempat, Sumut mendapatkan satu peluang emas ketika Adelia lepas dari pengawalan dan sudah berhadapan one on one dengan kiper Papua Barat. Namun sayang, eksekusinya belum berbuah gol.
Sumut terus menyerang, tapi tidak pernah berhasil membongkar pertahanan Papua Barat yang rapat. Sebaliknya, Papua yang bermain taktis, cepat dengan umpan yang presisi dan transisi pemain antar lini yang mulus, mampu memporak-porandakan lini belakang Sumut.
Empat gol tambahan Papua tercipta, sedangkan Sumut hanya mampu melesakkan satu gol lewat Jefri Sisri Simarmata.
Lahirnya gol ini, sedikit mengubah atmosfer laga. Sumut mulai keluar dari tekanan dan mengendalikan ritme. Beberapa peluang diperoleh tapi sayangnya, lagi-lagi, gagal dikonversi menjadi gol.
"Kok gak dari tadi mainnya kayak gini, sudah sempat kebobolan 5 gol baru agresif," celetuk penonton perempuan dengan nada bicara kesal.
Harapan ini, ternyata tidak menjadi kenyataan. Sumut memang berupaya meningkatkan tempo permainan, pemain menggempur habis-habisan pertahanan Papua. Namun hal ini, membuat emosi ikut pula terjelit dan para pemain mulai terlibat dalam benturan-benturan.
Ironisnya, dalam momentum krusial begitu, wasit kurang menunjukkan kebijakan dalam memimpin pertandingan. Ia bahkan banyak mengambil keputusan keliru, yang makin membuat amarah pemain meluap-luap.
Pada menit ketujuh paruh kedua, ketegangan pecah jadi kerusuhan. Para pemain saling dorong, pelatih serta ofisial Sumut dan Papua masuk lapangan untuk melerai pertikaian.
Namun tensi yang kian tinggi, ditambah keputusan-keputusan wasit yang juga makin "aneh", justru membuat pertikaian merembet ke luar lapangan.
Official Sumut dan Papua Barat, terlibat adu argumen yang meletup jadi adu jotos. Di lapangan, pemain saling dorong lagi.
Dalam situasi chaos, wasit tiba-tiba berlari ke pinggir lapangan sembari memegang pelipisnya yang berdarah. Pengawas pertandingan dan petugas keamanan, langsung melakukan evakuasi. Sejauh ini, belum diperoleh informasi bagaimana wasit bisa mengalami cedera.
Kegaduhan membuat laga berhenti selama kurang lebih 30 Menit. Laga kemudian diteruskan, dipimpin wasit pengganti dan berjalan lebih baik dari sebelumnya. Pelanggaran-pelanggaran yang terjadi, langsung dikenai sanksi tegas.
Pemain Papua Barat, Linda Oktavia Jaisona mendapat kartu merah setelah melakukan pemukulan terhadap pemain Sumut Ni Kadek Vidieya Wijayanti.
Kedua tim masing-masing, menciptakan satu gol di babak ini. Sumut berupaya mengejar ketertinggalan, tapi margin skor memang terlalu jauh dan laga berakhir 6-2.
Pelatih Sayan Karmadi menilai, kepemimpinan wasit berat sebelah atau tidak, harus dipandang dari sisi-sisi yang berbeda.
"Tergantung perspektifnya dari mana, kalau saya melihat masih tidak bisa dibilang buruk, meski memang tidak terlalu baik. Mengenai benturan-benturan antar pemain di lapangan, saya kira juga normal, ya. Ini kan pertandingan perebutan medali, jadi wajar kalau tensinya tinggi, di samping ada faktor kelelahan pemain juga," ucapnya.
Pelatih Sumut, Bantuan Mandai kecewa berat dengan kepemimpinan wasit yang menurutnya sangat berpengaruh pada performa pasukannya.
"Kami tidak minta dibela, kami hanya kecewa dengan wasit sehingga banyak merugikan kami. Begitu pun, kami mengucapkan selamat buat Papua Barat atas kemenangan ini," katanya.
(SM - Redaksi/Det)