Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago. (Foto: Ist)
SINAR MEDAN | JAKARTA
Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago membantah bahwa tangkapan layar hasil hitung cepat atau quick count mengatasnamakan lembaga surveinya dimana pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar mendapat suara 41,37%.
Pangi menegaskan, tangkapan layar yang viral di media sosial tersebut bersifat hoax.
Dalam keterangan tertulisnya, Jumat (16/2/2024) Pangi menyebut tangkapan layar hasil quick count itu beredar media sosial X dan diunggah akun @brother_djon.
Tangkapan layar juga menampilkan nama stasiun televisi swasta serta menunjukkan waktu pukul 15.21 WIB.
Pada bagian perolehan hitung cepat, terlihat logo Voxpol Center Research and Consulting. Per Kamis (15/2) pukul 17.30 WIB. Unggahan tersebut, telah dilihat sekitar 2,4 Juta kali di media sosial X.
Di tangkapan layar yang dinyatakan Voxpol sebagai hoax, terlihat paslon nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming mendapat suara 33,33% dan paslon nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud Md mendapat suara 25,30%.
Di tangkapan layar yang dinyatakan Voxpol sebagai hoax, terlihat paslon nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming mendapat suara 33,33% dan paslon nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud Md mendapat suara 25,30%.
Sementara itu, masih dalam tangkapan layar yang dibantah Voxpol, pasangan Anies-Muhaimin mendapatkan angka 41,37%.
Pangi mengatakan, Voxpol Center Research and Consultant memang menggelar quick count atau hitung cepat pada Pilpres 2024.
Pangi mengatakan, Voxpol Center Research and Consultant memang menggelar quick count atau hitung cepat pada Pilpres 2024.
Namun komposisi perolehan suara pasangan calon presiden dan wakil presiden yang direkam lembaganya, tak pernah seperti tangkapan layar yang mengunggulkan Anies Baswedan itu.
"Jadi pada data kita ini kelihatan di menit yang tersebar di screen captured (tangkapan layar) di televisi nasional CNN itu, itu betul-betul hoaks sangat rapi, hampir tidak terlihat gradasi warnanya, bagaimana mengeditnya, hampir tidak ada jejak di foto tangkapan layar itu, begitu luar biasa kejahatan seperti ini," kata Pangi dalam keterangan tertulis, Jumat (16/2/2024).
Pangi menjelaskan, berdasarkan hasil hitung cepat Voxpol Center Research and Consultant per Rabu (14/2) pukul 15.18 WIB, Anies-Muhaimin memperoleh suara sebanyak 23,99%. Sementara Prabowo-Gibran berada di angka 58,04% dan Ganjar-Mahfud mendapat 17,97%.
Pada data hitung cepat pukul 15.23 WIB, sesuai dengan waktu pada foto tangkapan layar tersebut, hasil hitung cepat Voxpol Center memperlihatkan pasangan Anies-Muhaimin memperoleh 23,99% suara. Sedangkan Prabowo-Gibran 58,09% dan Ganjar-Mahfud 17,92%.
Pangi juga membeberkan data hitung cepat Voxpol Center per pukul 15.36 WIB yang memperlihatkan pasangan Anies-Muhaimin memperoleh 24,38% suara. Prabowo-Gibran memperoleh 57,81% suara dan Ganjar-Mahfud sebanyak 17,80% suara.
"Jadi kalau kemudian kita lihat data pada pukul 15.23 WIB dan 15.36 WIB itu, dari dashboard Voxpol Center itu stabilitas datanya terjadi, tidak ada pada pukul 15.11 atau 15.23 atau 15.36 terjadi lompatan data perolehan suara 41% bagi pasangan Anies-Muhaimin, misalnya," kata Pangi.
"Itu sangat disayangkan di tengah pemilu yang semestinya bisa berpikir empirik objektif, percaya dengan data, jangan sampai hanya intersubjektif, asumsi, persepsi apalagi sangat baper terhadap data. Data adalah data, suka atau tidak suka itu adalah data. Jadi tidak boleh baperan terhadap data," lanjutnya.
Pangi mengimbau masyarakat tak menyebarkan hoaks terkait pemilu dengan mengatasnamakan lembaga survei.
"Kami mengimbau berhentilah jangan diteruskan hal-hal semacam ini. karena kan basis kita terukur ada data, kita ada data dashboardnya justru terjadi stabilitas. Data yang dilepas sudah cukup besar," tuturnya.
"Itu yang sangat kita sayangkan, kita mengimbau untuk jangan menyebar hoaks, itu akan mengganggu kredibilitas terhadap lembaga, itu sama saja dengan memfitnah, menuduh, dan mendiskreditkan orang, itu termasuk pelanggaran ham, tidak fair, tidak equal, tidak profesional sama sekali, yang jelas itu sangat tidak bijak," tandasnya.
(SM - Redaksi/Det)
"Jadi pada data kita ini kelihatan di menit yang tersebar di screen captured (tangkapan layar) di televisi nasional CNN itu, itu betul-betul hoaks sangat rapi, hampir tidak terlihat gradasi warnanya, bagaimana mengeditnya, hampir tidak ada jejak di foto tangkapan layar itu, begitu luar biasa kejahatan seperti ini," kata Pangi dalam keterangan tertulis, Jumat (16/2/2024).
Pangi menjelaskan, berdasarkan hasil hitung cepat Voxpol Center Research and Consultant per Rabu (14/2) pukul 15.18 WIB, Anies-Muhaimin memperoleh suara sebanyak 23,99%. Sementara Prabowo-Gibran berada di angka 58,04% dan Ganjar-Mahfud mendapat 17,97%.
Pada data hitung cepat pukul 15.23 WIB, sesuai dengan waktu pada foto tangkapan layar tersebut, hasil hitung cepat Voxpol Center memperlihatkan pasangan Anies-Muhaimin memperoleh 23,99% suara. Sedangkan Prabowo-Gibran 58,09% dan Ganjar-Mahfud 17,92%.
Pangi juga membeberkan data hitung cepat Voxpol Center per pukul 15.36 WIB yang memperlihatkan pasangan Anies-Muhaimin memperoleh 24,38% suara. Prabowo-Gibran memperoleh 57,81% suara dan Ganjar-Mahfud sebanyak 17,80% suara.
"Jadi kalau kemudian kita lihat data pada pukul 15.23 WIB dan 15.36 WIB itu, dari dashboard Voxpol Center itu stabilitas datanya terjadi, tidak ada pada pukul 15.11 atau 15.23 atau 15.36 terjadi lompatan data perolehan suara 41% bagi pasangan Anies-Muhaimin, misalnya," kata Pangi.
"Itu sangat disayangkan di tengah pemilu yang semestinya bisa berpikir empirik objektif, percaya dengan data, jangan sampai hanya intersubjektif, asumsi, persepsi apalagi sangat baper terhadap data. Data adalah data, suka atau tidak suka itu adalah data. Jadi tidak boleh baperan terhadap data," lanjutnya.
Pangi mengimbau masyarakat tak menyebarkan hoaks terkait pemilu dengan mengatasnamakan lembaga survei.
"Kami mengimbau berhentilah jangan diteruskan hal-hal semacam ini. karena kan basis kita terukur ada data, kita ada data dashboardnya justru terjadi stabilitas. Data yang dilepas sudah cukup besar," tuturnya.
"Itu yang sangat kita sayangkan, kita mengimbau untuk jangan menyebar hoaks, itu akan mengganggu kredibilitas terhadap lembaga, itu sama saja dengan memfitnah, menuduh, dan mendiskreditkan orang, itu termasuk pelanggaran ham, tidak fair, tidak equal, tidak profesional sama sekali, yang jelas itu sangat tidak bijak," tandasnya.
(SM - Redaksi/Det)